Saya terakhir kali ke Malang sekitar tahun 2004 atau 13 tahun yang lalu, saat study tour di bangku SMP. Tanpa sengaja, atau memang rejeki, dikasih lagi kesempatan ke Malang selama 1 minggu sebagai utusan perwakilan perusahaan di event anak perusahaan di bidang hulu migas plat merah.
Perjalanan dari field di Kalimantan Utara ke Malang di Jawa Timur, menghabiskan waktu total perjalanan 8-9 jam. Berangkat jam 7 pagi, tiba di Malang jam 4 sore. Melewati laut, darat dan udara, komplit kami seberangi demi mencapai kota ini tepat waktu. Paling tidak, kami masih sempat beristirahat dan mempersiapkan diri untuk mempresentasikan makalah kami.

Di sini kami dapat kesempatan untuk menyaksikan makalah dari anak perusahaan lain, topik apa yang mereka angkat, bagaimana kualitas presentasi, kostum, dan cara penulisan mereka. Yang tentunya, kami dapat pengalaman yang sangat berharga: sebaik apa pun kualitas makalah yang dibawa, semua tergantung seberapa beruntung kamu mendapatkan juri yang memahami seberapa bermanfaatnya case yang dipecahkan dan dampaknya terhadap perusahaan.
Bahasa gampangnya: ada campur tangan Tuhan. Eaaa.
Ternyata, kota Malang merupakan kota yang menarik. Cuacanya adem, mirip seperti di Bandung. Sebagian merupakan tanah militer, pemerintahan, dan banyak pepohonan. Hari pertama saya di Malang, saya sempatkan jalan ke Car Free Day (CFD) di Idjen Boulevard.

Jajanan di CFD: mangga alpukat – lekker Jakarta – cilok Bandung 😀 😀 😀
Di hari terakhir, kami dapat kesempatan mengunjungi museum angkut di Batu. Kalo mengunjungi museum, jika tidak bersama rombongan yang punya agenda yang mepet, sepertinya waktu berjam-jam bisa saya habiskan sendirian sambil mengamati benda-benda otentik tersebut. Membayangkan bahwa si benda telah ‘lahir’ di jaman old, dan dapat bertahan hingga jaman now, menjadi saksi bisu sejarah.






Ternyata, di dalam museum angkut ada musem lagi, namanya ‘Museum Indonesia Heritage’. Kalo orang-orang makan nasi kotak berlama-lama sambil ngobrol ngalor-ngidul di pinggir kali buatan, maka saya manfaatkan sisa waktu melipir masuk ke ruangan yang ga terlalu besar di pojokan museum angkut.
Saat saya masuk ke museum, ada mbak-mbaknya yang nyamperin saya, yang ngejelasin semua barang-barang di sini secara detail dan menarik.


Barang-barang di sini berasal dari pelosok Indonesia, bahkan saat masyarakat belum mengenal ke-Tuhanan, masih menyembah batu, di sini juga ada batu-batu tersebut. Ada juga batang-batang pohon yang dimuliakan, yang ada ritual khusus untuk memuja benda-benda tersebut. Menarik (dan mistis, sih).
Semoga ada kesempatan main ke Malang lagi 🙂